Kamis, 28 Februari 2013

Etiologi Hemaptoe

Etiologi Hemaptoe

Hemaptoe atau hemoptisis adalah ekspektorasi dari darah atau sputum berdarah yang berasal dari paru atau trakheobronkial. Hemaptoe ini sering diragukan dengan perdarahan dari mulut, kerongkongan, nasofaring dan saluran cerna. 


Hemoptisis sering berasal dari bronkitis kronik, kanker paru ataupun bronkiektasis. Juga dapat diakibatkan oleh inflamasi, infeksi, penyakit kardiovaskular, gangguan koagulasi darah dan penyebab lain yang jarang, seperti ruptur aneurisma aorta. Sekitar 15% dari penyebab hemaptoe tidak diketahui.


Penyebab hemoptisis masif yaitu: kanker paru, bronkiektasis, TB paru aktif ataupun cavitas paru. 




  • Bronkiektasis: hemoptisis yang terjadi dapat bervariasi, dari sputum bercampur darah hingga pengeluaran darah segar. Pasien biasanya mempunyai batuk kronik yang menghasilkan sputum (Khasnya berupa three layers sputum), sputum kental dan berbau. Pada pasien juga akan ditemui ronkhi, demam, penurunan berat badan , fatiq, malaise dan dispnue.
  • TB pulmonal: batuk dahak berdarah sering terjadi pada penyakit ini, dan hemoptisis masif dapat terjadi pada TB paru lanjut. Temuan pada sistim pernafasan berupa batuk kronik, dispnoe, pekak pada perkusi, peningkatan fremitus, dan dapat ditemukan suaran nafas amforik. Juga dapat ditemukan keringat malam, malaise, fatiq, demam, anoreksia, penurunan berat badan dan nyeri dada pleuritis.
  • Bronkitis kronik: gejala utamanya berupa batuk produktif selama minimal 3 bulan. Sering kali hal ini menyebabkan bercak darah pada sputum, sedangkan hemoragik masif jarang terjadi. Gejala lain yang dapat timbul berupa dispnoe, ekspirasi yang memanjang, wheezing, penggunaan otot nafas tambahan, barrel chest dan takipnoe.
  • Ca laring: hemaptoe terjadi pada kanker ini, tetapi yang menjadi gejala utamanya adalah suara serak. Temuan lain yang bisa didapatkan adalah disfagi, dispnoe, stridor, limfadenopati servikal dan nyeri pada leher.
  • Ca paru: ulserasi dari bronkus mengakibatkan hemoptisis sebagai gejala awal dari ca paru. Setelah itu, sebagai gejala lanjutan dapat ditemui adanya batuk produktif, dispnoe, anorexia, penurunan berat badan, wheezing dan nyeri di dada.
  • Pneumonia: pada pneumonia pneumococcus dapat ditemukan pinkish/rusty sputum, sedangkan pada pneumonia klebsiella dapat ditemukan dark-brown atau red currant-jelly sputum
  • Abses paru: 50% penderita abses paru menghasilkan sputum berdarah akibat ulserasi dari bronkus, nekrosis dan jaringan granulasi. Temuan lain yang bisa didapatkan seperti batuk produktif dengan sputum purulen yang berbau, demam menggigil, anoreksia, penurunan berat badan, sakit kepala, dispnoe dan nyeri dada yang sifatnya tumpul.
  • Bronkial adenoma: hemoptisis dapat terjadi pada 30% pasien, disertai dengan batuk kronik dan wheezing lokal
  • Ruptur aneurisma aorta: jarang terjadi, akibat ruptur dari aneurisma aorta ke dalam saluran trakeobronkial, yang dapat mengakibatkan hemaptoe dan kematian mendadak.
  • Udem pulmonal: udem paru kardiogenik ataupun non kardiogenik dapat mengakibatkan produksi sputum berdarah yang juga disertai dengan dispnoe, orthopnoe, anxietas, sianosis, ronkhi difus, gallop dan demam. Juga dapat terjadi takikardi, lethargi, aritmia, takipnoe dan hipotensi.
  • Hipertensi pulmonal: hemoptisis, dispnoe saat exercise, dan fatiq terjadi secara lambat pada pasien dengan hipertensi pulmonal. Juga terdapat nyeri dada seperti pada angina pada saat exercise, nyeri dada dapat menjalar ke leher tetapi tidak ada penjalaran ke lengan.
  • Gangguan pembekuan darah: seperti trombositopeni dan DIC. Selain hemaptoe, pada penyakit seperti ini juga akan didapatkan perdarahan multisistim dan purpura pada kulit.
  • Kontusio pulmonal: terjadi akibat trauma tumpul thoraks
  • Penyebab lain: SLE, trauma akibat tindakan diagnostik (bronkoskopi, laringoskopi, biopsi paru)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar